PETUNJUK TEKNIS PRODUKSI BENIH SUMBER JAGUNG KOMPOSIT (BERSARI BEBAS)
PENDAHULUANUntuk mempercepat penerapan
teknologi produksi jagung dan mampu
berkembang secara luas, perlu dukungan
ketersediaan benih sumber dan F1 hibrida yang
berkualitas, memadai, dan tepat waktu.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka perlu
dilakukan perbanyakan benih varietas jagung
unggul secara berkelanjutan yang dapat
dimanfaatkan oleh pengguna guna mendukung
penerapan teknologi inovatif produksi jagung.
Varietas-varietas yang telah dilepas
Balitsereal masing-masing mempunyai karakter
spesifik yang diharapkan mampu untuk
memenuhi kebutuhan pengguna. Namun
varietas-varietas tersebut masih belum banyak
dikenal oleh petani, baru pada beberapa daerah
yang telah menerapkan dalam usahataninya,
sehingga masih sangat terbatas dijumpai pada
pertanaman petani. Hal ini menjadikan salah satu penyebab terjadinya kesenjangan
hasil jagung di tingkat petani dengan hasil penelitian yang masih cukup besar.
Selain varietas unggul yang mampu memberikan produktivitas tinggi, kualitas benih
juga merupakan salah satu faktor penentu tingginya produktivitas. Pemilihan suatu varietas
unggul yang sesuai, dengan benih yang berkualitas merupakan langkah awal menuju
keberhasilan dalam usahatani jagung. Benih berkualitas tinggi adalah benih yang
mempunyai viabilitas tumbuh lebih dari 95% pada saat 4 hari setelah tanam dalam kondisi
normal.
Ketersediaan benih berkualitas dengan jumlah cukup, tepat waktu, dan mudah
diperoleh petani memegang peranan penting, dan hal ini tidak terlepas dari
peranan para penangkar benih yang cukup besar. Agar terjalin kesinambungan yang
berlanjut antara penghasil dengan pengguna teknologi, utamanya varietas maka penyediaan
benih sumber yang berkelanjutan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting
dalam rangkaian pembentukan kelas benih selanjutnya, dan ini merupakan langkah awal
untuk pengembangan suatu varietas.
Benih sumber adalah kelas-kelas benih yang digunakan sebagai sumber untuk
memproduksi kelas benih sebar/extension seed (BR/ES). Kelas benih yang termasuk benih
sumber meliputi :
1) Benih Penjenis/Breeder’s Seeds (BS) adalah benih asal yang dihasilkan dari benih inti
yaitu benih dari program pembentukan varietas yang merupakan hasil persilangan antara
famili atau galur. Benih Penjenis (BS) ini digunakan sebagai sumber perbanyakan benih
lebih lanjut,
2) Benih Dasar/Foundation Seeds (BD/FS) adalah benih yang diperoleh dari hasil
perbanyakan benih penjenis, dan
3) Benih Pokok/Stock Seeds (BP/SS) adalah benih yang diperoleh dari hasil perbanyakan
benih dasar. Benih pokok ini digunakan sebagai sumber benih untuk memproduksi kelas
benih sebar/extension seeds (BR/ES) yaitu benih yang digunakan petani untuk
memproduksi jagung dengan tujuan konsumsi.
Perbanyakan benih kelas BS langsung di bawah pengawasan pemulia dari instansi
pelepas varietas unggul tersebut (dalam hal ini adalah Balitsereal), sedangkan benih FS/BD
sampai ES/BR di bawah pengawasan Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB).
VARIETASDiantara komponen teknologi produksi jagung, varietas unggul (baik hibrida maupun
bersari bebas) mempunyai peranan penting dalam upaya meningkatkan produksi.
Peranannya menonjol baik dalam potensi peningkatkan hasil per satuan luas maupun
sebagai salah satu komponen pengendalian hama/penyakit. Selain potensi produksi dan
ketahanannya terhadap penyakit, karakter tanaman lain yang perlu dipertimbangkan adalah
kesesuaiannya dengan kondisi lingkungan (tanah dan iklim) antara lain toleran kekeringan
dan tanah masam, serta preferensi terhadap karakter lain diantaranya umur dan warna biji.
Varietas jagung berdasarkan genotipenya digolongkan menjadi 2, yaitu bersari
bebas (komposit) dan hibrida Varietas bersari bebas (VBB) dicirikan adanya penyerbukan
acak (random mating) antar tanaman dalam varietas, sehingga merupakan suatu populasi.
Varietas bersari bebas dibentuk dari beberapa galur murni atau berbagai plasmanutfah.
Dengan demikian populasi ini merupakan campuran, antara tanaman yang satu dengan
yang lain dan berbeda genotipenya. Keseragaman varietas bersari bebas (komposit) hanya
dalam beberapa karakter karena banyak gen belum mencapai fiksasi. Contoh : Arjuna,
Bisma, Lagaligo, Lamuru, Kresna, Gumarang, Sukmaraga, Srikandi Putih-1, Srikandi
Kuning-1, Anoman-1, dll.
Varietas hibrida ialah F1 persilangan antara dua tetua, tetua dapat berupa galur
murni, hibrida silang tunggal dan varietas atau populasi bersari bebas. Tetua hibrida biasa
disebut materi induk (parent stock). Contoh : Semar-10, Bima-1, Bima-2 Bantimurung,
Bima3 Bantimurung, Bisi-2, NK11, NK55, NK33, C7, P11, dsb.
PERSYARATAN DALAM PRODUKSI BENIH SUMBER1. Sebelum melakukan penanaman untuk memproduksi benih sumber, terlebih dahulu
penangkar benih mengajukan permohonan ke Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih
(BPSB) setempat dengan mengisi formulir yang telah disediakan. Dalam formulir diisikan
lokasi, rencana tanggal tanam, dsb. Setelah lokasi ditinjau oleh BPSB dan mendapat
persetujuan, baru dilakukan persiapan untuk penanaman di lokasi. Setelah tanam,
diinformasikan kembali ke BPSB untuk penyampaian bahwa penanaman telah dilakukan
(tanggal tanam). Selama pertumbuhan tanaman, BPSB akan melakukan inspeksi
lapangan untuk menilai kelayakan dan melakukan pencabutan tanaman yang
menyimpang.2. Penanaman untuk memproduksi benih jagung sebaiknya dilakukan pada saat menjelang
akhir musim hujan sehingga selama pertumbuhan tanaman curah hujan sudah mulai
berkurang dan diharapkan saat panen pada musim kemarau. Hal ini terkait dengan
kualitas benih yang akan dihasilkan lebih berkualitas dan biaya produksi lebih efisien.3. Penempatan lokasi untuk penanaman suatu varietas harus terisolasi, artinya jarak antara
lokasi yang akan ditanami untuk memproduksi benih dengan lokasi varietas lain yang
mempunyai waktu berbunga hamper bersamaan minimal 300 m dan perlu diperhatikan
arah angin. Atau dapat juga dilakukan dengan isolasi waktu, artinya penanaman
dilakukan dengan selisih waktu tanam minimal 3 minggu sebelum atau sesudah varietas
lain ditanam. Untuk varietas yang mempunyai umur panen berbeda dapat dilakukan
penanaman secara bersamaan, namun untuk varietas yang berumur lebih genjah
(singkat) ditanam lebih dulu dari yang berumur dalam (panjang). Hal ini untuk mencegah
terjadinya pembungaan yang bersamaan dan persilangan.4. Sekitar lokasi penangkaran benih sebaiknya tersedia sumber air yang cukup dan mudah
diakses jika sewaktu-waktu diperlukan untuk mengairi pertanaman.5. Fasilitas untuk penanganan pascapanen harus tersedia dan memenuhi standar minimal
(lantai jemur/pengering, pemipil, pengukur kadar air, alat pengemasan produk, dan
gudang penyimpanan produk benih).
BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH SUMBER
Penyiapan lahanLahan dibersihkan dari sisa-sisa tanaman sebelumnya terutama jika pertanaman
sebelumnya adalah jagung. Jika gulma dapat mengganggu pengolahan tanah dapat
diberikan herbisida kontak untuk mempercepat pengolahan tanah.Pengolahan tanahPengolahan tanah dilakukan dengan menggunakan bajak (2 kali) dan diikuti dengan
garu/sisir sampai tanah tidak berbongkah-bongkah dan rata.BenihJumlah benih yang diperlukan berkisar antara 15-20 kg/ha tergantung dari ukuran benih.
Daya kecambah benih harus lebih dari 95% (3 hari saat pengujian kecambah). Sebelum
benih ditanam, untuk menghindari serangan penyakit bulai diberi seed treatment terlebih
dahulu yaitu dengan 2 g metalaksil (produk) per 1 kg benih. Setiap 2 g metalaksil/Ridomil
dicampur dengan 10 ml air dalam wadah dan diaduk merata, kemudian dimasukkan benih
sebanyak 1 kg ke dalam wadah tersebut dan dicampur secara merata, kering anginkan
sebentar.PenanamanBuat lubang tanam dengan menggunakan tugal, dan agar pertanaman lurus gunakan
bantuan tali jarak tanam yang sudah diberi tanda setiap 20 cm. Pembuatan lubang tanam
jangan terlalu dalam (maksimal 5 cm), setiap lubang tanam diisi dengan 1 biji dan lubang
ditutup dengan tanah atau 1 genggam pupuk kandang (1,5-2,0 t/ha).
Jarak tanam antar barisan = 75 cm.
Jarak tanam dalam barisan = 20 cm.
Dalam budidaya jagung tidak dianjurkan melakukan penyulaman untuk benih-benih yang
tidak tumbuh dengan penanaman benih baru, hal ini akan menyebabkan bervariasinya
pertumbuhan tanaman dan tongkol tidak terisi penuh.PemupukanSetelah 5-6 hari dari saat tanam biasanya benih sudah tumbuh menjadi tanaman
kecil dan sudah muncul di atas permukaan tanah. Pemupukan diberikan sebanyak 3 kali
dengan perbandingan takaran dan waktu aplikasi seperti yang disajikan dalam tabel berikut :
Jenis Pupuk (Takaran kg/ha) | Pesentase takaran pupuk | ||
7-10 Hst | 25-30 Hst | 40-45 Hst | |
Urea (300-350) | ± 30 % | ± 40 % | ± 30 % |
ZA *) (50) | 100 % | - | - |
SP-36 (200) | 100 % | - | - |
KCl (100) | 50 % | 50 % | - |
Keterangan :Hst = hari setelah tanam
Takaran pupuk dapat diubah disesuaikan dengan kondisi ketersediaan
hara dalam tanah, namun persentase jumlah pupuk yang diberikan
untuk setiap waktu aplikasi disesuaikan seperti pada table diatas.
*) diberikan jika memang diperlukan, terutama pada lahan yang
tanahnya kekurangan unsure belerang (S)Sebelum pupuk diaplikasikan, untuk pemberian 7-10 hst pupuk (sesuai takaran)
dicampur secara merata dan buatkan takaran untuk pemberian setiap tanaman sehingga
jumlah pupuk yang diberikan sama untuk setiap tanaman agar pertumbuhan tanaman
merata. Untuk penempatan pupuk, buat lubang dengan tugal di samping tanaman dengan
jarak 5-7 cm dari tanaman. Masukkan pupuk sesuai takaran yang telah ditentukan dan tutup
dengan tanah. Demikian halnya untuk saat pemberian 25-30 hst dan 40-45 hst lakukan hal
yang sama.Penyiangan dan PembumbunanPenyiangan pertama yang diikuti dengan pembumbunan ini dilakukan saat tanaman
berumur 15-20 hari setelah tanam. Penyiangan dan pembumbunan dapat dilakukan dengan
menggunakan cangkul yang sekaligus membuat saluran irigasi untuk pendistribusian air ke
tanaman, jika diperlukan pada saat tanaman nanti membutuhkan air. Penyiangan ke dua
dilakukan sesuai dengan kondisi pertumbuhan gulma di lapangan. Pada umumnya
dilakukan sesaat setelah pemupukan ke dua. Penyiangan dapat dilakukan dengan
menggunakan herbisida kontak atau secara manual dengan penyiangan setempat pada
bagian yang banyak gulmanya. Penyiangan menggunakan herbisida kontak dapat dilakukan
dengan sprayer yang pada ujung nozzle-nya ditambahkan alat pelindung agar percikan
herbisida tidak mengenai daun tanaman. Penyemprotan dilakukan dengan cara
mengarahkan nozzle sedekat mungkin dengan permukaan tanah.Pengendalian hamaPengendalian hama dilakukan jika ada gejala serangan hama, terutama penggerek
batang. Jika ada gejala serangan penggerek batang dapat diberikan insektisida Carbofuran
melalui pucuk dengan takaran 10 kg carbofuran (produk)/ha (3-4 butir carbofuran ditaburkan
ke pucuk tanaman).Pemberian airPemberian air perlu dilakukan jika tanaman menunjukkan gejala kekurangan air
(daun mulai menggulung). Pendistribusian air sebaiknya dilakukan melalui alur-alur di antara
baris tanaman yang telah dibuat saat pembumbunan. Selama pertumbuhan tanaman jagung
pada musim kemarau biasanya memerlukan pemberian air sampai 6-8 kali (tergantung saat
tanam dan tekstur tanahnya)Panen dan Prosesing1.Panen dapat dilakukan setelah masak fisiologis atau kelobot telah mengering berwarna
kecoklatan (biji telah mengeras dan telah mulai membentuk lapisan hitam/black layer
minimal 50% di setiap barisan biji). Pada saat itu biasanya kadar air biji telah mencapai
kurang dari 30%.2.Semua tongkol yang telah lolos seleksi pertanaman di lapangan dipanen, kemudian
dijemur diterik matahari sampai kering sambil dilakukan seleksi tongkol (tongkol yang
memenuhi kriteria diproses lebih lanjut untuk dijadikan benih).3.Penjemuran tongkol dilakukan sampai kadar air biji mencapai sekitar 16%, selanjutnya
dipipil dengan mesin pemipil dengan kecepatan sedang agar biji tidak retak/pecah atau
dengan alat pemipil benih produk Balitsereal yaitu PJM1-BALITSEREAL.4.Setelah biji terpipil, dilakukan sortasi biji dengan menggunakan saringan/ayakan Ø 7 mm
(untuk varietas Lamuru) atau ukuran ayakan disesuaikan dengan ukuran biji dari setiap
varietas, biji-biji yang tidak lolos saringan/ayakan dijadikan sebagai benih.5.Biji-biji yang terpilih sebagai benih dijemur kembali diterik matahari atau dikeringkan
dengan alat pengering (untuk mempercepat proses pengeringan) sampai kadar air
mencapai + 10%. Uji daya kecambahnya sebelum dikemas dalam wadah kemasan plastik.6.Kemudian kemasan-kemasan benih diberi label (nama varietas, tanggal panen, kadar air
benih waktu dikemas, daya kecambah) dan disimpan dalam gudang atau ruang berAC
(agar benih dapat bertahan lama).Catatan : selama proses pascapanen, mulai saat panen
sampai pengemasan benih, dianjurkan tidak
lebih dari 10 hari.
Selama pertumbuhan tanaman, hal-hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan adalah
sebagai berikut :Cara Seleksi Tanaman Jagung untuk Produksi Benih
Parameter | Kriteria Seleksi | Keputusan |
Vigor tanaman(2-4 minggu setelah tanam) | Kerdil, lemah, warna pucat, bentuk tanaman menyimpang, tumbuh diluar barisan, terserang penyakit, letak tanaman terlalu rapat. | Tanaman dicabut |
Berbunga(umur 7-10 minggu setelah tanam) | Terlalu cepat/lambat berbunga, malai tidak normal, tidak berambut, tidak bertongkol. | Tanaman dicabut |
Posisi tongkol(2 minggu sebelum panen) | Pilih yang kedudukan tongkolnya di tengah-tengah batang, tongkol tidak bercabang (tipe simpang). | Tipe simpang dipanen awal |
Panen | Tanaman sehat, telah ditandai terpilih, bentuk tongkol utuh. | Dipanen |
Penutupan tongkol | Kelobot menutup skor 1-2, kelobot melekat kuat dan rapat. Skoring penampilan tongkol : skor 1 = baik, skor 5 = jelek. | Pilih skor 1-2 |
Kualitas tongkol per family | Skoring penampilan tongkol : skor 1 = baik, skor 5 = jelek. | Pilih skor 1-2 |
Tongkol kupas | Bentuk tongkol, bentuk biji, warna biji, ukuran biji, dan bobot biji sesui deskripsi | Dipilih yang sesuai deskripsi |
Catatan: Jujur dan berdedikasi tinggi dalam membuat benih karena hasilnya
Sebagai benih komersial dan akan ditanam oleh petani.
SUMBER :Petunjuk Teknis Produksi Benih Sumber Jagung Komposit (bersari bebas)
Balai Penelitian Tanaman Serealia
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Kementerian Pertanian
2007
Komentar
Posting Komentar